Sembelihlah cintamu…
Kemarin beberapa rekan pamitan untuk berangkat ke tanah suci menunaikan ibadah haji. Suasana haru sejenak terasa, melepas saudara melakukan perjalanan yang penuh perjuangan, butuh kesabaran dan keikhlasan. Semoga selalu dalam Lindungan, Rahmat dan Berkah Allah swt, dan semoga kami yang ditinggalkan ini kan mengikuti jejakmu nanti: melangkahkan kaki di trotoar jalanan Makkah yang panas, mereguk air zam-zam yang dingin, berputar mengitari Kabah bersama lautan manusia, memandang menara masjid Nabawi yang menjulang tinggi, dan duduk berdzikir di bawah luasnya langit Madinah….. Subhanallah, insya Allah, Amien…
Berikut tulisan (dikutip dari Millis Alumni Kimia Unand), ingin kubagikan ke semua:
Suatu kisah cinta yang seharusnya menjadi kisah cinta paling sejati sepanjang masa. Mengalahkan kisah cintanya Romeo kepada Juliet yang rela mati ketika melihat Juliet diam tak bergerak, mengalahkan cintanya Kaisar Shah Jahan terhadap istrinya, yang kemudian ketika istrinya wafat sang kaisar membangun Taj Mahal untuk mengenangnya. .
Sebuah kisah yang lebih indah dari semua pengorbanan atas nama cinta yang pernah ada di muka bumi ini…
Kisah cinta Nabi Ibrahim pada Sang Maha Segalanya..
Kisah cinta yang penuh dengan ujian, penuh dengan pengorbanan, penuh dengan cobaan. Kisah cinta yang mungkin akan menjadi cobaan terberat yang pernah ada sepanjang zaman…
Karena pengorbanan demi pengorbanan yang dialami oleh Nabi Ibrahim as. adalah untuk membuktikan cintanya padaNya…
Pengorbanan pertama adalah ketika Nabi Ibrahim diharuskan oleh Allah SWT untuk berhadapan dengan ayahnya dan menyampaikan kebenaran akan ke ESA-an Tuhan. Tentu saja ayahnya, sebagai ahli pembuat patung berhala, marah besar ketika mengetahui anaknya tidak menyembah berhala. Bisa dibayangkan? Andai kita di posisi Nabi Ibrahim, harus bilang ke ayah kita tentang keyakinan kita, yang jelas-jelas bertentangan dengan keyakinan dan mata pencaharian ayah yang kita cintai.. bisakah kita? Bahkan akhirnya bukan hanya dengan ayahnya, tapi juga harus berhadapan dengan kekuasaan raja Namrud yang begitu besar dan juga sekaligus berhadapan dengan jilatan api yang panas…..
Bisa..kah?
Nabi Ibrahim berhasil melakukan itu, karena memang cintanya padaNya begitu besar… ( Dan setelah Nabi Ibrahim membuktikan cintanya, api pun menjadi dingin atas perintahNya. ..)
Sekarang, kita lihat cobaan yang lain lagi…
Setelah bertahun-tahun tidak mempunyai anak, akhirnya Nabi Ibrahim mendapatkan seorang anak melalui pernikahannya dengan Siti Hajar. Setelah kelahiran anaknya tersebut, Allah kemudian kembali mengujinya dengan memerintahkan agar ia meninggalkan Siti Hajar dan anaknya, Nabi Ismail, di gurun pasir yang tandus. Sebuah ujian yang sangat berat bukan? Istri dan anak satu-satunya harus ia tinggalkan….
Mampukah kita melakukan hal itu?
Meninggalkan istri yang telah memberi anak pada kita ditengah padang tandus seorang diri? Meninggalkan anak yang begitu kita inginkan kehadirannya di tengah teriknya matahari dan dinginnya angin malam?
Atas nama cinta yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim pada Allah… ia pun melakukan hal tersebut… karena memang hal itu adalah wahyu dari Allah langsung…
( Dan setelah Nabi Ibrahim membuktikan cintanya, atas perintahNya, Air zam-zam pun keluar untuk menghidupi kedua orang tersebut, disusul kemudian dengan kedatangan orang-orang untuk bermukim di sekitar mata air zam-zam)
Mau lihat yang lebih hebat lagi?
Ketika akhirnya Nabi Ibrahim bertemu dengan anaknya setelah sekian tahun berpisah, turun lagi wahyuNya, yang meminta Nabi Ibrahim untuk mengorbankan anaknya! Lagi-lagi cinta Nabi Ibrahim di uji. Antara cinta kepadaNya dengan cintanya kepada dunia.. Dan dengan linangan air mata. Nabi Ibrahim pun meletakkan pisau yang tajam di leher anaknya…Bersiap untuk melakukan segalanya demi pembuktian cintanya pada Sang Maha Kuasa…Bersiap untuk menyembelih leher puteranya yang begitu ia cinta, demi cinta sejatinya..Dan saat itulah, ketika Nabi Ibrahim berhasil membuktikan bahwa bagi dirinya, keinginan Allah adalah segalanya.. kembali Sang Maha Pemurah berkehendak. . Allah menukar Nabi Ismail dengan seekor domba…
Karena sesungguhnya bukan darah Nabi Ismail yang dikehendaki olehNya, bukan ketakutan Siti Hajar yang dikehendakiNya, bukan pula tubuh gosong Nabi Ibrahim yang dikehendakiNya. ..
Tapi yang diuji adalah cinta Nabi Ibrahim..
Yang dilihat adalah bagaimana Nabi Ibrahim bisa ‘menyembelih’ cinta-cinta lain yang ada di hatinya..
Menyembelih cintanya pada harta..
Menyembelih cintanya pada orang lain, termasuk istri dan anaknya
Menyembelih cintanya pada diri sendiri…
Menyembelih cintanya pada dunia dan nafsu…
Sehingga yang ada hanya cintanya pada Allah…
Dan Nabi Ibrahim berhasil membuktikannya. .. Cintanya hanya untukNya…
Itulah makna Idul Adha yang sebentar lagi akan datang. Bukan sekedar berlomba-lomba menyembelih kambing sebanyak-banyaknya. Tapi juga harus diiringi dengan menyembelih cinta lain yang ada di hati kita…
Itulah pengorbanan yang sejati..
Itulah pengorbanan atas nama cinta yang paling indah..
Ketika kita berhasil mengorbankan cinta dunia, cinta diri sendiri, cinta kepada selain Dia…
Atas Nama Allah….
Karena Allah…
Dan hanya untuk Allah……
maka kita sesungguhnya telah berhasil meraih cinta sejati…
Mengerjakan semua perintahNya dengan tersenyum..
Menjauhi semua laranganNya dengan ikhlas… itulah cinta sejati…
Setiap orang bisa membuat kisah cintanya masing-masing. ..
tetapi kisah cinta yang sejati.. hanyalah kepada yang Maha Abadi…
Dan malaikatpun kemudian akan mencatat jalan hidup kita,
menjadi kisah cinta yang abadi...